Kamis, 22 November 2012

 Air Asia & Tony Fernandes
 
Jakarta - Tumbuh pesatnya penerbangan murah tidak lepas dari daya juang AirAsia, maskapai Low Cost Carrier (LCC) asal Malaysia. Maskapai penerbangan 'Si Merah' ini terbukti mampu meramu strategi 'marketing hemat' yang digagas Tony Fernandes. Kini AirAsia pun terlihat bernafsu menginvasi industri aviasi dalam negeri.

AirAsia serasa tidak gentar dengan maskapai penerbangan lokal yang telah lebih dahulu menguasai Indonesia. Usai AirAsia Berhad mendirikan anak usaha PT Indonesia AirAsia, bersama mitra lokalnya PT Fersindo Nusaperkasa, 'Si Merah' makin agresif. Pergerakan terbaru adalah membeli saham mayoritas maskapai penerbangan lokal Batavia Air. Bersama Fersindo, AirAsia Berhad bahkan akan menguasai 100% saham Batavia di Maret 2012.

Bagaikan dua sisi mata uang, dua airlines brand ini menjadi senjata ampuh Tony yang kini menjabat sebagai Chief Executive Officer Grup AirAsia. AirAsia fokus pada pelayanan penerbangan intra Asean, sedangkan Batavia Air meneruskan ekspasi rute di dalam negeri.

Mimpi Tony memang tidak berhenti sampai di situ. Setelah menguasai Asean, AirAsia membidik Asia sebagai pasar potensial. Cita-cita tertingginya bahkan mensejajarkan merek AirAsia seperti Coca-Cola, seluruh manusia di dunia saat melihat pesawat dengan dominasi warna merah, itu adalah AirAsia.

detikFinance punya kesempatan berbincang santai dengan Tony di sela-sela kesibukan barunya di kantor Jakarta. Pria yang selalu terlihat riang ini mengungkapkan strategi jangka panjang AirAsia di masa mendatang. Ingin tahu?

AirAsia sudah banyak dikenal masyarakat dengan harga promo tiketnya dan terbukti sukses. Lalu bagaimana Anda bersama Tim menjaga strategi tiket murah di masa mendatang, di tengah makin banyaknya maskapai LCC?

Dalam menjalankan bisnis, AirAsia hanya bertumpu pada empat cara. Pertama, aset berupa pesawat yang terus kita perbarui. Kedua, sumber daya manusia dan ini sangat penting untuk menyukseskan strategi yang telah disusun. Kita melakukan kerja sama yang sangat baik, tidak hanya antara tim marketing dengan para pilot, tapi juga teknisi.

Ketiga, digital. Kami mengandalkan teknologi digital dalam menjalankan marketing dan branding. Ini tentu menekan biaya. Dengan memanfaatkan teknologi tingkat keterkenalan AirAsia saya rasa jauh lebihi

Lion Air. Kami ada di Inggris, Jepang. Kami memiliki pelanggan yang banyak. Orang akan lebih kenal AirAsia dibandingkan Lion.

Keempat, disiplin. Kami selalu menjalankan bisnis yang sama sejak awal berdiri. Sejak 10 tahun lalu dan hingga kini kita bisa melihat makin banyak maskapai penerbangan yang muncul. Empat kunci sukses ini menjadi andalan kita dan akan tetap dipertahankan. Khusus internet, bisa terlihat pertumbuhannya sangat tinggi di Asia. Internet menjadi nilai positif sendiri untuk menekan biaya.

Selain itu internet juga mendekatkan kita dengan pelanggan, dengan memanfaatkan facebook dan twitter. Kini kami memiliki Mobile Application. Airlines dan digital, inilah saatnya.

Salah satu faktor yang telah disebutkan adalah pesawat. Seberapa penting peremajaan pesawat bagi AirAsia?

Pesawat memang menjadi salah satu faktor. Itu pula menjadi alasan kami terus melakukan pembelian pesawat. Karena pesawat baru yang baru pakai saat ini, dalam waktu 10 tahun dari sekarang itu sudah

Saat ini kami memiliki 104 pesawat Airbus A320, juga A330, A340. Mulai saat ini hingga 2016 kami akan menambah terus termasuk 250 pesawat Airbus A320neo, dan potensial penambhan 100 pesawat neo. Hingga kami akan miliki 575 armada. Tapi ini akan menjadi tua pada 10 tahun ke depan.

Saya perkirakan penambahan yang telah kami rencanakan cukup utuk tujuh tahun ke depan. Penambahan ini hanya untuk AirAsia, tidak termasuk Batavia Air.

Pesawat yang Anda maksud merupakan jenis terbaru A320 'Sharklets'?

Tentu ini menjadi bagian dari itu (pembelian Airbus A320). Dan dengan jenis ini dapat menekan biaya fuel kita.

Penambahan pesawat jenis Airbus A320 ini untuk mendukung ekspansi bisnis di Indonesia?

Memang sebagian besar untuk Indonesia. Ini juga menjadi alasan saya meninggalkan Malaysia, karena disana pangsa pasarnya hanya 25 juta orang dengan maskapai yang sudah sangat besar. Dengan yang terjadi saat ini, mau berapa besar lagi peningkatannya!

Sedangkan Indonesia memiliki pangsa pasar 300 juta orang. Wow! Ini kenapa kami datang. Kita bisa mengkreasi (rute) seperti Bali. Tidak hanya itu, tapi Bandung, Lombok, Medan, Sulawesi. Masih banyak peluang.

Saat Batavia Air sudah dikuasi, apa yang akan dilakukan AirAsia untuk mengembangkan bisnis Batavia?

Apa yang selama ini dilakukan Batavia Air sangat luar biasa. Ini menjadi kesempatan kami untuk semakin mengembangkan industri Aviasi. pak Yudi (Yudiawan Tansari-pendiri Batavia Air) telah belajar banyak dengan melakukan pembukaan rute-rute baru.

Industri semakin berkembang, dimana rata-rata pertumbuhan 10% per tahun. Dan kami menjadi bagian dari itu. Melalui Batavia pengembangan kami tidak akan berhenti, setelah Bandung, Surabaya dan Medan. Banyak yang akan kita lakukan.

Apa yang kami lakukan di AirAsia, dengan kekuatan frekuensi penerbangan yang baik dan kreativitas. Itu akan kami kerjakan untuk menjaga pelanggan karena kini masyarakat semakin banyak pilihan seperti Lion, Sriwijaya, Batavia, Garuda. Meski Garuda saya akui besar dan memiliki banyak uang.

Garuda bagus dan fokus pada kualitas produk. Namun untuk kelas ekonomi, saya yakin yang terbaik.

Dalam pengembangan bisnis di Indonesia, tentu harus mengetahui karakter masyarakatnya, agar strategi yang disusun dapat diterima pasar. Bagaimana menentukan AirAsia hal tersebut?

Masyarakat Indonesia terbagi dua. Pertama mereka yang muda dan terbuka akan seluruh pandangan dan mau berkompetisi. Kedua masyarakat tradisional. Namun saya optimis seiring pertumbuhan angkatan mudah yang besar di Indonesia. Meski pada bagian lain kita masih dihadapi oleh permasalahan birokrasi, dan infrastruktur. Secara perlahan kita bisa mengubahnya. Saya optimis.

Persaingan nampaknya semakin berat bagi AirAsia, dengan kabar terakhir hadirnya Malindo Airways, kolaborasi Lion Air yang menggandeng National Aerospace & Defence Industries (NADI) Malaysia. Apakah ini menjadi ancaman?

Saya tidak terlalu khawatir akan Malindo. Kita belum tahu secara pasti Malindo kompit dengan pasar kami di LCC atau Hybrid Carrier. Saya duga Malaysian Airways menjadi bidikan Malindo.

Namun jika model bisnisnya Hybrid, akan sangat sulit berkompetisi dari sisi biaya. Terlepas dari adanya Malindo atau siapapun maskapai penerbangan, kompetisi sudah menjadi 'makanan' kita. Pasar Asia adalah masa depan kita.

Malindo akan melawan AirAsia, saya pikir bagus. Jika saat mereka kehilangan pasar di Malaysia, tentu akan kembali ke Indonesia. Saya tidak yakin Malindo dapat menggerus laba kami. Bukan berfikir kami kehilangan dollar, tapi kami akan mendatangkan uang lebih banyak.

Saya akan menyerang dua (Malindo) denga dua cara. Saya sekarang di Jakarta dan siap bertarung.

Bagaimana pandangan AirAsia tentang kesiapan bandara di Indonesia guna mendukung pertumbuhan industri penerbangan?

Saya pikir saat ini berjalan positif. Dan sudah terjadi pembangunan di Bali juga Medan dan Surabaya.

Meski sebelumnya infrastruktur adalah persoalan klasik, seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan dan bandara. Namun kami berharap pemerintah memprioritaskan bandara dalam pembangunannya.

Karena dengan hadirnya bandara membawa keuntungan jangka panjang bagi Indonesia. Investasi yang datang akan semakin besar.

Sebagai pribadi, tentu sibukan Tony Fernandes sangat tinggi. Bagaimana Anda membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga?

Saya tetap melakukan apa yang saya suka, menikmati olahraga dengan menonton siaran di televisi dan menikmati hidup dengan musik. Saya rasa Indonesia memiliki musik yang lebih baik dibandingkan Malaysia.

Saya sering melihat musisi dengan kualitas baik, seperti jazz atau lainnya di Blok-M. Olahraga pun demikian saat berkunjung ke Surabaya dalam rangkaian acara QPR, saya sangat terkesan dengan Bonek.

Namun yang saya tidak biasa dengan kemacetan Jakarta yang, kita tahu bersama. Terlebih saat akhir pekan. Macet harus segera diatasi dengan membangun transportasi publik yang baik, seperti di Malaysia. Jakarta harus menjadi kota modern.

Saya pun tidak kehilangan waktu dengan keluarga, mereka adalah segalanya. Saya bisa pergi dengan cepat untuk menemui anak-anak saya yang ada di Inggris yang sedang sekolah dan kuliah disana.

Kita sekarang hidup di dunia modern dan dapat dengan mudah berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Hari ini saya di Jakarta, lalu di London.

Apa ada mimpi seorang Tony yang belum tercapai?

Saya memiliki banyak mimpi dan itu terus saya tanamkan. AirAsia saya memiliki impian untuk memiliki 1000 pesawat di masa mendatang. Selanjutnya memilik klub sepakbola QPR dan tim Formula 1. Wow, ini adalah hidup yang sempurna bagi saya.

AirAsia tentu tidak berhenti. Masih ada potensi yang terbuka di negara China dan India. Satu waktu saya ingin AirAsia seperti CocaCola. Dimanapun Anda berada pasti akan menemui AirAsia. Termasuk Brasil. Suatu saat orang-orang di sana akan mengenal saya.

Tidak ada komentar: